Minggu, 12 April 2009

Hama Penting Tanaman Cabai

PENDAHULUAN

A. Tomat

Kata "tomat" berasal dari kata dalam bahasa Nutahul tomat. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah pada wilayah beriklim Mediterania

Klasifikasi Tanaman tomat :

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asterdae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : S. lycopersicum

Tomat adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat karena rasanya yang enak dan segar serta sebagai sumber vitamin. Hal ini penting untuk kebutuhan rumah tangga. Selain untuk konsumsi segar sebagai buah meja, juga dapat dijadikan sari buah tomat untuk minuman segar dan sauce tomat untuk bumbu masak.

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, maka kebutuhan akan buah tomat meningkat, sehingga ada peluang yang besar untuk mengembangkan komoditi tomat sekaligus meningkatkan produksi tomat.

Jenis – jenis toat antara lain : tomat biasa (Lycopersicum commune) buahnya bulat pipih, lunak, bentuknya tidak teratur. Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme) buah bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah apel, tumbuh baik di dataran tinggi. Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) buah bulat, padat, lebih besar dari tomat apel, daun lebar agak rimbun.

Syarat tumbuh tomat antara lain tomat dapat tumbuh didataran rendah dan tinggi. Waktu tanam yang baik 2 bulan sebelum musim hujan berakhir (awal musim kemarau). Tanah gembur, kaya humus dan subur. Drainase baik dan tidak menggenang PH sekitar 5-6. Curah hujan optimal 100-220 mm/ hujan. Temperatur optimum 100-200 C (malam hari), 200-300 C (siang hari).

B. Cabai

Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam :

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angioispermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Tubiflorae

Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum L.

Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk ke dalam genus Capsicum, diantaranya adalah lima spesies yang telah dibudidayakan, yaitu : C. baccatum, C. pubescens, C. annuum, C. chinense dan C. frutescent.

Pada budidaya tanaman cabai merah, banyak kendala yang dihadapi. Salah satu diantaranya adalah adanya serangan hama yang dapat menurunkan hasil panen. Pengendalian terhadap serangan hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida (insektisida), tetapi cara ini dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama-hama tersebut terhadap pestisida yang digunakan, terjadinya resurgensi hama dan terbunuhnya musuh alami hama akibat penggunaan pestisida yang intensif.

Jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman. Undang-undang No. 12 Tahun 1992, pasal 20 tentang Sistem Budidaya Tanaman menyatakan bahwa "Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu". Dengan demikian, pengendalian hama-hama pada tanaman cabai merah hendaknya dilakukan berdasarkan konsepsi PHT yang berdasarkan pada empat prinsip, yaitu : (1) Budidaya tanaman sehat, (2) Pelestarian dan pendayagunaan peranan musuh alami, (3) Pemantauan ekosistem secara teratur dan (4) Pembinaan petani sebagai pakar PHT.

PEMBAHASAN

A. Hama Penting Tanaman Tomat

1. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn. )

Famili : Noctuidae

Ordo : Lepidoptera

* Bioekologi

Umumnya ngengat menghindari cahaya matahari dan bersembunyi pada permukaan bawah daun. Sayap depan berwarna dasar coklat keabu – abuan dengan bercak – bercak hitam. Pinggiran sayap depan berwarna putih. Warna dasar sayap belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16 – 19 mm dan lebar 6 –8mm.Ngengat ini dapat hidup paling lama 20 hari. Apabila diganggu atau disentuh ngengat menjatuhkan diri pura – pura mati. Perkembangan dari telur hingga dewasa rata – rata 51 hari.

Telur diletakkan satu – satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Betina dapat meletakkan telur 1.430 – 2.775 butir telur. Warna telur mula – mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian merah disertai titi coklat kehitam – hitaman pada puncaknya. Titik tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru – biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.

Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira – kira sedalam 5 – 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru keluar dalam telur berwarna kuning kecoklat – coklatan dengan panjang tubuh berkisar 1- 2 m. Sehari kemudian larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun. Larva mengalami 5 kali ganti kulit. Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam – hitaman. Panjang larva instar terakhir berkisar antara 25 – 50 mm. Bila larva diganggu akan melingkar tubuhnya dan tidak bergerak seolah – olah mati. Stadium larva berkisar 36 hari. Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah.

* Daerah Sebaran

Agrotis ipsilon tersebar di Sulawesi dan Sumatra.

* Gejala Serangan

Larva aktif pada malam hari untuk mencari makanan dengan menggigit pangkal batang. Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Disamping menggigit pangkal batang, larva yang baru menetas juga menggigit permukaan daun. Seekor larva dapat merusak ratusan tanaman muda.

* Pengendalian

a). Kultur teknis

- Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.

- Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.

b). Pengendalian fisik / mekanis

Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan. Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya dijumpai di permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera, Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp.

d). Pengendalian kimiawi

Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman tomat.

* Inang Lainnya

Selain menyerang tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi, tembakau, tebu, bawang, kubis, kentang, dll.

2. Penggerek Buah ( Heliothis armigera Hubn. )

Famili : Noctuidae

Ordo : Lepidoptera


* Bioekologi

Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu sbelum ngengat jantan. Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat jantan karena ngengat betina mempunyai pola bercak – bercak pirang tua. Nisbah kelamin jantan betina 1 : 1. daur hidup dari telur hingga mati berkisar antara 52 – 58 hari.

Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun, sekitar bunga dan cabang. Telur berbentuk bulat atau berwarna putih agak kekuning – kuningan, kemudian berubah menjadi kuning tua dan ketika akan menetas terlihat adanya bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 – 18 hari dan persentase penetasan telur 63 – 82 %.

Stadium larva antara 12-23 hari. Ketika baru keluar dari telur, larva berwarna kuning muda dan tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva terdiri dari 5 instar masing – masing berumur 2-3 hari, 2-4 hari, 2-5 hari, 2-6 hari dan 4-7 hari.

Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbantuk berwarna kuning kemudian berubah kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15-21 hari.

* Daerah Sebaran

Heliothis armigera tersebar di daerah Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

* Gejala Serangan

Pada daun, daun berlubang-lubang tak beraturan. pada serangan yang berat daun akan habis dan tanaman menjadi gundul. Kadang – kadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang – cabang tomat. Pada buah, buah cabai berlubang dan akhirnya akan membusuk bila terjadi infeksi sekunder. Larva Heliothis armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang sudah tua. Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Pada bunga, bunga cabai berlubang dan pada akhirnya membusuk dan rontok.


* Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang berulat dan memusnahkannya. Penyemprotan dengan insektisida sistemik dan racun perut dapat mencegah serangan yang lebih luas. Semprotkan Proclaim 5 SG dengan konsentrasi 1.5-2 gr/10 l air.

* Inang Lainnya

Selain menyerang tomat, penggerek buah juga menyerang tembakau, jagung, kapas, kentang, kubis dan kacang – kacangan

. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.)

Famili : Aleyrodidae

Ordo : Hemiptera

Bioekologi


Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang, berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.

Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2 dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.

Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus hidup (telur - nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.

* Daerah Sebaran

Bemisia tabaci tersebar di Sumatra, Jawa, dan Maluku.

* Gejala Serangan

Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.

Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.

* Pengendalian

a). Kultur teknis

- Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai barier dan memperbanyak populasi agens hayati;

- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang (terutama bukan famili Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun). Pergiliran tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas mungkin;

- Sanitasi lingkungan, terutama untuk mengendalikan gulma daun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;

- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk mengurangi risiko serangan;

b). Pengendalian fisik / mekanis

- Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);

- Pemasangan kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat populasi tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;

- Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami antara lain

- Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu memangsa 200 - 400 ekor nimfa kutu kebul. Siklus hidup predator 18 - 24 hari, dan satu ekor betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;

- Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100 - 200 butir;

Cara pelepasan E. formosa untuk tanaman tomat : 1 ekor E. formosa setiap 4 tanaman/minggu, dilakukan selama 8 - 10 minggu;

- Untuk meningkatkan musuh alami di lapangan diperlukan pelepasan parasitoid dan predator secara berkala;

d). Pengendalian kimiawi

- Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian, antara lain Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);

- Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah. Perlu dihindari penggunaan pestisida secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya populasi kutu kebul;

- Penggunaan pestisida nabati seperti : nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan kutu kebul (cara pembuatan dan penggunaan nimba lihat pada.

* Inang Lainnya

Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera, ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah babadotan (Ageratum cony

B. Hama Penting Pada Cabai1.

Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Ordo : Lepidoptera

Famili : Nuctuidae


* Bioekologi

Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya, tertutup bulu seperti beludru.

Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung / bulan sabit warna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok.

Larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah, perbedaannya hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm.

Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.

Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur 2.000 – 3.000 telur.

* Daerah Sebaran

Hama ini tersebar di Asia, Pasifik dan Australia sedangkan di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini adalah DI Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.

* Gejala Serangan

Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun. Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak beraturan pada buah tomat. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, menyerang secara serentak berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat, umumnya terjadi pada musim kemarau.



* Pengendalian

a). Kultur teknis

- Sanitasi lahan dari gulma,

- Pengolahan tanah yang intensif.

b). Pengendalian fisik / mekanis

- Pembibitan, mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya,

- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, nematoda Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.

d). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5 % per tanaman contoh.

* Inang Lainnya

Hama ini bersifat polifag, selain tomat juga menyerang kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, jagung, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.

2.Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks.).

Famili : Tarsonematidae

Ordo : Acarina

Imago bertungkai 8 sedangkan nimfa bertungkai 6, berukuran tubuh sekitar 0,25 mm, lunak, transparan dan berwarna hijau kekuningan. Telur berbintik-bintik putih, berwarna kuning muda berdiameter 0,1 mm. Berkembang biak secara berkopulasi biasa dan partenogenesis. Tungau betina mampu meletakkan telur sebanyak 40 butir selama 15 hari. Sejak menetas dari telur hingga dewasa dan siap berkembang biak sekitar 15 hari.

* Daerah Sebaran

Hama ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis sedangkan di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini adalah Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat.

  • Gejala Serangan


Hama menghisap cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga/kecoklatan, terpuntir, menyusut serta keriting, tunas dan bunga gugur. Pada awal musim kemarau biasanya serangan bersamaan dengan serangan trips dan kutu daun.


* Pengendalian

a). Kultur teknis

Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman terserang dan memusnahkannya.

b). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Amblyseius cucumeris. Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan entomopatogen Hirsutella sp. dan Chrysopidae.

c). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan pestisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.

* Tanaman inang lain

Hama ini bersifat polifag, diketahui di Indonesia terdapat lebih dari 57 jenis tanaman inang antara lain tomat, karet, teh, kacang panjang, tembakau, jeruk dan tanaman hias


3. Kutu Persik (Myzus persicae Schulz)

Famili : Aphididae

Ordo : Homoptera

* Bioekologi

Nimfa dan imago mempunyai antena yang relatif panjang/sama panjang dengan tubuhnya. Nimfa dan imago yang bersayap mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel berwarna hitam. Imago yang bersayap warna sayapnya hitam, ukuran tubuh 2 - 2,5 mm, nimfa kerdil dan umumnya berwarna kemerahan. Imago yang tidak bersayap tubuhnya berwarna merah atau kuning atau hijau berukuran tubuh 1,8 - 2,3 mm. Umumnya warna tubuh imago dan nimfa sama, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam, perut berwarna hijau kekuningan. Siklus hidup 7 - 10 hari. Temperatur mempenga­ruhi reproduksi ( > 25 - <> 28,5 C reproduksi terhenti). Berkembang biak secara partenogenesis. Seekor kutu menghasilkan keturunan 50 ekor. Lama hidup kutu dewasa dapat mencapai 2 bulan.

* Daerah Sebaran

Daerah penyebaran hama ini sangat luas hampir terdapat di seluruh dunia, sedangkan di Indonesia yang melaporkan adanya serangan hama ini antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.

* Gejala Serangan

Dampak Serangan: tanaman menjadi keriput, tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu dan mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan daun, menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda (pucuk). Eksudat yang dikeluarkan kutu mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa.

kutu daun merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Y), dan CVMV.

* Pengendalian

a). Kultur teknis

Sanitasi gulma dan bagian tanaman yang terserang, dan selanjutnya dibakar atau dimusnahkan.

b). Pengendalian fisik / mekanis

- Penggunaan kain kassa / kelambu di bedengan pesemaian baik untuk menekan serangan kutu daun,

- Penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan parasitoid Aphidius sp., predator kumbang Coccinella transversalis, Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp., Verticillium sp.

d). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, jumlah kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun contoh atau intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.

* Inang Lainnya

Hama ini bersifat polifag, dengan lebih dari 400 jenis tanaman inang. Inang utama selain cabai adalah kentang dan tomat. Inang lainnya antara lain tembakau, petsai, kubis, sawi, terung, ketimun, buncis, semangka, jagung, jeruk, dan kacang-kacangan.

. Trips (Thrips parvispinus Karny.).

Famili : Thripidae

Ordo : Thysanoptera

* Bioekologi

Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak-bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari.

Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata­-rata 80 butir per induk, diletakkan di permukaan bawah daun atau di dalam jaringan tanaman secara terpencar, akan menetas setelah 3 - 8 hari.

Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah. Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7 - 12 hari. Hidup berkelompok.

* Daerah Sebaran

Hama ini bersifat kosmopolit tersebar luas di Indonesia dan Thailand. Di Indonesia propinsi yang melaporkan adanya serangan hama ini yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.

* Gejala Serangan

Dampak langsung serangan : pada permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan, daun mengering atau keriput. Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati.

Dampak secara tidak langsung : trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Gejala serangan awal timbul akibat hama menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak keperakan mengkilat, daun akan menjadi keriting atau bersembelit dan keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan pada akhirnya layu dan kemudian akan mati.

* Pengendalian

a). Kultur teknis

- Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap caisin dapat menunda serangan yang biasanya terjadi pada umur 14 hari setelah tanam menjadi 41 hari setelah tanam.

- Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman sebelumnya.

- Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang.

b). Pengendalian fisik / mekanis

Penggunaan perangkap likat warna biru, putih atau kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau perekat. Perangkap kilat dipasang dengan ketinggian 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman).

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami predator kumbang Coccinella repanda, Amblysius cucumeris, Orius minutes, Arachnidea dan patogen Entomophthora sp.Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.

* Inang Lainnya

Hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, dengan tanaman inang utama sayuran dari keluarga Solanaceae (cabai, kentang, tomat dan terung), keluarga bawang (Allium spp.), Brassica (kubis), kacang-kacangan. Tanaman inang selain sayuran yaitu tembakau, kapas, krisan, dan berbagai tanaman hias.

d). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.

* Inang Lainnya

Hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, dengan tanaman inang utama sayuran dari keluarga Solanaceae (cabai, kentang, tomat dan terung), keluarga bawang (Allium spp.), Brassica (kubis), kacang-kacangan. Tanaman inang selain sayuran yaitu tembakau, kapas, krisan, dan berbagai tanaman hias.

5. Lalat Buah (Bactrocera sp.).

Famili : Tephritidae

Ordo : Diptera

* Bioekologi

Serangga dewasa mirip lalat rumah, panjang sekitar 6 - 8 mm dan lebar 3 mm. Torak berwarna oranye, merah kecoklatan, coklat atau hitam biasanya pada B. dorsalis terdapat 2 garis membujur dan sepasang sayap transparan. Pada abdo­men terdapat 2 pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk buruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Pada lalat betina ujung abdomen lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah sedangkan lalat jantan abdomen lebih bulat.

Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang yang diletakkan secara berkelompok 2-15 butir di dalam buah.

Larva terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu, larva menetas di dalam buah cabai.

Pupa, berada di permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Siklus hidup di daerah tropis sekitar 25 hari. Serangga betina dapat meletakkan telur 1 - 40 butir/buah/hari dan dari satu ekor betina dapat menghasilkan telur 1.200 – 1.500 butir. Stadium telur 2 hari, larva 6 - 9 hari.

Larva instar 3 dapat mencapai panjang sekitar 7 mm, akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa di dalam tanah. Pupa berumur 4 - 10 hari dan menjadi serangga dewasa.

* Daerah Sebaran

Hama ini tersebar di Asia, Pasifik, Afrika umumnya di daerah tropis dan subtropis. Penyebaran lalat buah di Indonesia hampir di seluruh propinsi.

* Gejala Serangan

Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain, buah menjadi busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva berubah menjadi pupa.

* Pengendalian

a). Kultur teknis

- Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati.

- Sanitasi buah yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada di pohon, dikumpulkan dan dimusnahkan dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah.

b). Pengendalian fisik / mekanis

Penggunaan perangkap dengan atraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak Melaleuca brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml / perangkap sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 yang dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap 2 minggu atraktan diganti.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp., Opius sp.), predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang), Dermaptera (cecopet).

d). Pengendalian kimiawi

Jika cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian

* Inang Lainnya

Semua tanaman buah-buahan dan sayuran buah antara lain mangga, kopi, pisang, jambu, cengkeh, belimbing, sawo, jeruk, ketimun, dan nangka.









0 komentar:


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger